Daya Lenting Masyarakat Pasca Bencana Banjir Bandang di Desa Alasmalang, Banyuwangi

  • Pramudia Priambudi Program Studi Sosiologi, FISIP, Universitas Jember, Jember, 68121, Indonesia.
  • Joko Mulyono Program Studi Sosiologi, FISIP, Universitas Jember, Jember, 68121, Indonesia.

Abstract

The research entitled "People Resilience Post Flash Flood Disaster in Alasmalang Village, Banyuwangi" was based on the occurrence of the Banjir Bandang disaster in the village, which had occurred three times. Banjir Bandang disasters have consequences that affect the economy, the environment, and also humans. The Banjir Bandang disaster caused many material and non-material losses, but the people's resilience, which could later become "habitus," was good. The strength of the Alas Malang community after the flash flood disaster did not just happen. Still, it requires a long time, experience, and a critical awareness process not only by its strength but also through networks, space, and time. The formulation of the problem in this study is "How is the process of habitus built which then forms the resilience of Alasmalang Village Singojuruh Subdistrict Banyuwangi Regency after the occurrence of flash flood disaster?". The theory used in this study is the theory of habitus proposed by Pierre Bourdieu. Using a qualitative method with a case study approach, the results obtained in this study were forming a habitus process in the community. Firstly, habitus was constructed for a long time through the experience of dealing with floods or often referred to as the realm of time and time. Secondly, in the community, there are economic, social, cultural, and symbolic capital forces that are intertwined and form the capacity of the community.
Keywords: Disaster, Flash Flood, Resilience, Habitus


Penelitian dengan judul “Daya Lenting Masyarakat Pasca Bencana Banjir Bandang di Desa Alasmalang, Banyuwangi” didasari oleh terjadinya bencana Banjir Bandang di desa tersebut sebanyak 3 kali. Bencana Banjir Bandang menimbulkan konsekuensi yang berdampak pada ekonomi, lingkungan, dan juga manusia. Terjadinya bencana Banjir Bandang menimbulkan banyak kerugian baik materiil maupun non materiil, namun kemampuan bertahan / daya lenting masyarakat yang kemudian bisa menjadi “habitus”dikatakan baik. Daya lenting masyarakat Alas Malang pasca bencana banjir tidak begitu saja terjadi, akan tetapi membutuhkan waktu panjang, pengalaman, dan proses kesadaran kritis yang tdak hanya dengan kekuatan sendiri, akan tetapi juga melalui jaringan, ruang dan waktu. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses habitus terbangun yang kemudian membentuk daya lenting masyarakat Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi pasca terjadinya bencana Banjir Bandang?”.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana habitus dikonstruksi atau terbentuk dalam masyarakat yang kemudian memperkuat daya lenting masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori habitus yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Metode yang digunakan yakni metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah terbentuknya proses habitus dalam masyaraka. Pertama, bahwa habitus dikonstruk dengan waktu lama melalui pengalaman menghadapi bencana banjir atau sering disebut adanya ranah dan waktu. Kedua, di masyarakat terdapat kekuatan modal ekonomi, sosial, kultural, dan simbolik yang saling berkelindan membentuk kapasitas masyarakat.
Kata Kunci: bencana, banjir bandang, daya lenting, habitus

References

Adib, M. (2012). Agen dan Struktur dalam Pandangan Piere Bourdieu. Jurnal BioKultur, 1, No.2.

Bourdieu, P. (1977). Outline of Theory of Practice. Cambridge University Press.

Creswell, J. W. (2018). Keterampilan Esensial Untuk Peneliti Kualitatif. Pustaka

Belajar.

Harker, R., Mahar, C., & Wilkes, C. (2009). (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Jalasutra.

Iftita, M., & Zurinani, S. (2018). Penyintas di Lumpur Tanpa Batas : Potret Pemulihan Sosial Ekonomi Masyarakat Terdampak Bencana Lumpur Lapindo. Jurnal Endogami, 1, No.2.

Jenkins, R. (2016). Membaca Pikiran Pierre Bordieu. Kreasi Wacana Offset.

Karnanta, K. Y. (2013). Paradigma Teori Arena Produksi Kultural Sastra : Kajian Terhadap Pemikiran Pierre Bourdieu. Jurnal Poetika, 1, No.1.

Krisdinanto, N. (2014). Pierre Bourdieu, Sang Juru Damai. KANAL.

Lestari, A., Kiranadien, M., Amri, B. F., & Haryanti, R. H. (2017). Daya Lenting Perempuan Pasar Klewer Pasca Kebakaran 2014. Jurnal Wacana Publik, 1, No. 3.

Maghfirah, N. (2017). Kajian Daya Lenting Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi Ditinjau Dari Faktor Kapabilitas Pemerintah Daerah dan Modial Sosial (Studi Kasus Gempabumi Sumatera Barat 2009).

Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor. Broadway Books.

Sebastian, L. (2008). Pendekatan Pencegahan dan Penanggulangan Banjir. Jurnal Publikasi Ilmiah UMS.

Taufiq, R. (2014). Gambaran Resiliensi Anak Pasca Bencana Banjir di Desa

Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. WACANA (Jurnal Psikologi).
Published
2020-08-10
How to Cite
PRIAMBUDI, Pramudia; MULYONO, Joko. Daya Lenting Masyarakat Pasca Bencana Banjir Bandang di Desa Alasmalang, Banyuwangi. Jurnal ENTITAS SOSIOLOGI, [S.l.], v. 9, n. 02, p. 134-151, aug. 2020. ISSN 2721-3323. Available at: <https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JES/article/view/26945>. Date accessed: 06 may 2024. doi: https://doi.org/10.19184/jes.v9i02.26945.
Section
Articles