Manajemen Destinasi Wisata Berbasis Kearifan Lokal Maja Labo Dahu untuk Keberlanjutan Pariwisata Kota Bima
Abstract
Tata kelola destinasi wisata Kota Bima yang didasari oleh nilai lokalitas budaya dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pertahanan budaya di daerah. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui potensi wisata dan penerapan kearifan lokal Maja Labo Dahu dalam pengelolaan destinasi wisata Kota Bima, mengingat pola pengembangan manjamen destinasi kedepan memerlukan eksplorasi tatanan nilai, lokalitas, dan keharmonisan dalam membangun destinasi wisata yang berkelanjutan. Penelitian ini bersifat deskritif kualitatif dengan menggunakan pendekatan ethnografi. Data diperoleh melalui observasi lapangan, studi pustaka dan wawancara mendalam pada 40 informan yang terdiri dari 10 pengelola obyek wisata, 10 wisatawan, 10 tokoh agama dan budaya, dan 10 masyarakat lokal. Data dianalisis dengan cara mereduksi, menyajikan, dan menyimpulkan data serta memverifikasinya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi pariwisata Kota Bima bertumpu pada keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam, serta letak wilayah yang sangat strategis menghubungkan antara Labuan Bajo, Lombok, dan Bali sebagai daerah pariwisata prioritas nasional yang dapat dijangkau melalui darat, laut dan udara. Keberadaan potensi wisata perlu dikelola dengan menerapkan nilai lokalitas Maja Labo Dahu yang dipengang teguh masyarakat Bima sesuai dengan norma agama (Islam) seperti jujur, dapat dipercaya, harmonis, kompeten, dan adaptif. Manajemen destinasi wisata berbasis Maja labo Dahu dapat menjadi sebuah model alternatif dalam pengelolaan pariwisata berbasis kearifan lokal, yang mengajarkan tentang keharmonisan relasi antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Pentingnya implementasi budaya Maja labo Dahu dalam pengelolaan destinasi wisata adalah upaya untuk menjaga keberlangsungan sumber daya alam dan sosial budaya dan pada waktu yang bersamaan dapat memperoleh manfaat secara ekonomi bagi masyarakat lokal. Maka, dalam rangka memberikan acuan bagi pemangku kepentingan, perlu pembuatan pedoman pengelolaan destinasi pariwisata berbasis kearifan lokal yang Berkelanjutan.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.