MITOS MANUHARA: IDENTITAS PERSONA, HEGEMONI KUASA, DAN PENGUATAN INDUSTRI WISATA INDONESIA

  • Sukatman Sukatman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember

Abstract

Dalam masyarakat lisan, mitos menjadi sarana komunikasi antargenerasi yang berbeda zaman. Komunikasi mitis itu terkait hal yang penting dan sakral. Komunikasi mitis tidak berjalan dengan baik karena generasi terbaru cenderung mengganggap mitos sebagai cerita fiktif dan tidak sakral. Kecenderungan tersebut mengakibatkan penafsiran mitos menjadi kurang kritis sehingga dangkal. Kajian ini bertujuan menafsirkan mitos “manuhara” secara kritis. Penelitian dilakukan dengan pendekatan etnografi dan menganalisis data secara analisis wacana kritis. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam budaya Nusantara, manuhara merujuk kepada “manusia pohon ara”. Manuhara memiliki dasanama Raja Kera Putih, Resi Mayangkara, Raja Kera Anoman, Batara Candra, dan Resi Birguh. Resi Birguh adalah satu- satunya manusia dan umatnya yang selamat dari bencana air bah di dunia. Dalam kitab suci Kristen dan Islam, manusia yang selamat dari bencana air bah dikenal sebagai Raja Nuh. Raja Nuh menandai kekuasaannya dalam nama wilayah, bangunan candi, gua, dan menjadi wira cerita wayang di Nusantara pada tahun Nisan. Wilayah geografis, candi, batu purba, dan kesenian terkait manuhara potensial untuk diberdayakan sebagai industri wisata unggulan di Indonesia.
Kata kunci: mitos Manuhara, identitas persona, hegemoni kuasa, industri wisata

Published
2020-10-01
How to Cite
SUKATMAN, Sukatman. MITOS MANUHARA: IDENTITAS PERSONA, HEGEMONI KUASA, DAN PENGUATAN INDUSTRI WISATA INDONESIA. UNEJ e-Proceeding, [S.l.], p. 447-460, oct. 2020. Available at: <https://jurnal.unej.ac.id/index.php/prosiding/article/view/20008>. Date accessed: 25 apr. 2024.