TRANSFORMASI SASTRA SEBAGAI PEWARISAN BUDAYA PADA ERA DISRUPSI
Abstract
Transformasi dan dirupsi merupakan bua hal yang selalu beiringan dalam perjalanan budaya semua masyarakat dan bangsa, termasuk dunia sastra. Transformasi dan dirupsi terjadi dalam skala lokal, nasional, dan internasional. Artikel ini mengambil fokus transformasi sastra lokal dalam sastra Indonesia, terlebih khusus lagi sastra Jawa dalam sastra Indonesia modern. Dalam kaitan ini dibahas transformasi Serat Centhini karya Pakubuwana V (1815) dalam novel Indonesia modern berjudul Centhini: Kekasih yang Tersembunyi (Inandiak, 2015). Bahasan transformasi mengambil peristiwa Syekh Amongraga ketika tiba di Padepokan Wanamarta, perkawinannya dengan Niken Tambangraras hingga minggatnya Syekh Amongraga setelah saresmi ‘sanggama’ dengan Tambangraras. Kajian dilakukan dengan perbandingan sastra. Kajian memanfaat metode simak dan catat. Pertama, dilakukan pembacaan terhadap teks hipogram. Kedua, dilakukan pembacaan pada teks transformasi. Kemudian, diadakan perbandingan terkait tindakan Syekh Amongraga dalam hiporgram dan teks transformasi. Dari hasil kajian diperoleh transformasi yang bersifat pengambilan, penambahan, pengurangan, dan penyimpangan dari teks hipogram. Teks transformasi mengambil, menambah, mengurangi, dan menyimpangi peristiwa yang dilakukan atau dialami oleh Syekh Amongraga. Dalam kaitan ini, tampak hakikat transformasi adalah terjadinya pemaknaan baru atas teks hipogram sebagai bentuk disrupsi budaya tradisional. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa novel transformasi sebagai bentuk karya baru. Pemahaman terhadap Serat Centhini tidak cukup diwakili oleh pemahaman atas teks transformasi.
Kata kunci: transformasi, pewarisan budaya, disrupsi