PUBLIC PERCEPTION TOWARDS SAFETY DRIVING BEHAVIOUR (CASE STUDY: JAWA BARAT)
Abstract
Dangerous driving behavior is one of the factors causing accidents and fatalities. Deaths from traffic accidents are ranked eighth on the list of the highest causes of death in the world. In 2020, 29% of the total fatal accidents were caused by speeding behavior. There are various factors that cause drivers to tend to drive vehicles at high speeds, ranging from psychological factors to environmental factors. Therefore, it is necessary to have an understanding of road users regarding perceptions related to safe driving behavior. In this study, 5 (five) locations were used for data collection, namely Bekasi City, Bekasi Regency, Bandung City, Bandung Regency, and Garut Regency. Based on this research, road users consider that the supporting components of road safety are sufficient but the fines related to violations committed, especially speed violations are still considered too high. In addition, there is no significant difference between the five study sites.
ABSTRAK
Perilaku mengemudi yang berbahaya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan dan korban meninggal dunia. Kematian akibat kecelakaan lalu lintas menduduki peringkat ke-delapan dari daftar penyebab kematian tertinggi di dunia. Pada tahun 2020, 29% dari total kecelakaan fatal diakibatkan oleh perilaku mengebut (speeding). Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan pengemudi cenderung memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi, mulai dari faktor psikologis hingga faktor lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman terhadap pengguna jalan mengenai persepsi terkait perilaku mengemudi yang berkeselamatan. Pada penelitian ini, 5 (lima) lokasi menjadi tempat pengumpulan data, yaitu Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut. Berdasarkan penelitian ini, pengguna jalan menilai bahwa komponen-komponen pendukung keselamatan jalan sudah mencukupi namun denda terkait pelanggaran yang dilakukan terutama pelanggaran kecepatan masih dianggap terlalu tinggi. Selain itu, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelima lokasi studi