CERITA-CERITA AIR DI KAWASAN PANTURA JAWA TIMUR: Pola Kekerabatan Sastra dan Paradoks Teks-Konteks
Abstract
Kajian cerita-cerita air di Pantai Utara (Pantura) Jawa Timur ini menggunakan elaborasi teori tipemotif, arkeo-genealogi pengetahuan, dan tafsir kebudayaan. Tujuannya untuk memperoleh pola kekerabatan cerita-cerita air di subkultur pesisiran dan paradoks teks-konteks seputar kesenjangan dan keretakan epistemologis dalam kesejarahan dan tafsir sosiokulturalnya. Dalam hal ini digunakan metode perbandingan. Hasilnya, dari rekonstruksi tiga puluh cerita air di Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, dan Kota Surabaya ditemukan lima tipe-motif yang menjadi penanda kekerabatan, meliputi berdasar benda, tabu/larangan, hewan luar biasa, suatu perbuatan/ujian, dan tipe orang tertentu. Beberapa cerita air menyimpan paradoks teks-konteks, karena terdapat pemaknaan yang menyimpang dan bertolakbelakang antara cerita dengan konteks, yang meliputi sakralitas sebagai ancaman, nilai-nilai penjaga lingkungan yang tak berlaku, dan tabu yang dilanggar. Paradoks tersebut muncul setelah melewati proses panjang dalam dialektika waktu dan ruang, sehingga menempatkan cerita air yang berfungsi sebagai memori kolektif dan parameter ideal berposisi ambivalen. Jarak cerita air dengan mesyarakat terkesan karib sekaligus berjarak, bahkan melampaui kondisikondisi riilnya, karena berada di jalan silang atau ruang lain dalam tarikan berbagai kepentingan di masyarakat. Dengan menguak paradoks cerita-cerita air, dapat diketahui problem sosiokultural yang bisa dijadikan sebagai modal pembelajaran dalam memahami tradisi dan warisan terkait dengan kesinambungan tata nilai dan kelestarian ekologi, sekaligus berikhtiar menjadikannya sebagai konklusi strategis seiring dengan perubahan, perkembangan dan semangat zaman.
Kata kunci: cerita air, Pantai Utara Jawa, pola kekerabatan sastra, paradoks sosiokultur