Evaluasi Lokasi Titik Banjir di Sub Sistem III Kota Denpasar Berbasis Geographic Information System
Evaluation of Flood Locations in Sub System III, Denpasar City using Geographic Information System
Abstract
The inability of the channel capacity to accommodate surface runoff can cause flooding. The Pangkung Lebak Muding channel, which is part of the Tukad Mati watershed, still experienced flooding from 2009 to 2019. Evaluation of flood points in the Pangkung Lebak Muding channel was carried out by comparing the capacity of the existing channel with the design discharge, then determining the capacity of the new channel. Initial channel mapping using Google Earth and GIS applications. The evaluation results are remapped to compare and display differences in flood points. The identification results show that there are 9 flood points for a 2 year return period and 10 points for a 5 to 10 year return period in secondary and tertiary canals. While in the primary channel there are 2 flood points for all return times. The solution to evaluating the capacity of this channel is dredging to a depth of 0.46 m for the secondary and tertiary channels and 1 m for the primary channel. The evaluation results show that all secondary and tertiary channels are not flooded in all return periods.
ABSTRAK
Ketidakmampuan kapasitas saluran untuk menampung limpasan permukaan dapat menyebabkan banjir. Saluran Pangkung Lebak Muding yang merupakan bagian DAS Tukad Mati, masih mengalami banjir dari tahun 2009 sampai 2019. Evaluasi titik-titik banjir pada saluran Pangkung Lebak Muding dilakukan dengan membandingan kapasitas saluran eksisting dengan debit desain, lalu menentukan kapasitas saluran baru. Pemetaan saluran awal menggunakan aplikasi Google Earth dan GIS. Hasil evaluasi dipetakan kembali untuk membandingkan dan menampilkan perbedaan titik banjir. Hasil identifikasi menunjukan terdapat 9 titik banjir untuk kala ulang 2 tahun dan 10 titik untuk kala ulang 5 sampai 10 tahun pada saluran sekunder dan tersier. Sedangkan pada saluran primer terdapat 2 titik banjir untuk semua kala ulang. Solusi dalam evaluasi kapasitas saluran ini dilakukan pengerukan sedalam 0,46 m untuk saluran sekunder dan tersier dan 1 m untuk saluran primer. Hasil evaluasi menunjukan semua saluran sekunder dan tersier tidak banjir pada seluruh kala ulang.